Sabtu, 14 April 2012

kisah heroik garudeya

Kisah Garudeya secara singkat adalah dimulai dari kisah persaingan antara Kadru dan Winata, keduanya istri Kasyapa, orang bijak. Kadru adalah ibu dari para ular naga. Sedang Winata adalah ibu dari burung garuda. Keduanya berselisih mengenai warna kuda Uccaihsrawa yang muncul bersama air amrtha ketika samudra purba diaduk. Kadru menganggap warna kuda adalah hitam, sedang Winata menganggap warna kuda itu adalah putih. Dari sengitnya perselisihan pendapat, akhirnya keduanya sepakat untuk bertaruh, yang kalah akan menjadi budak yang menang. Para ular naga tahu bahwa ibu mereka salah. Mereka memberitahu ibunya. Kadru kemudian membuat rencana agar anak-anaknya mengubah warna kuda Uccaihsrawa dengan bisanya. Usaha ibu beranak itu pun berhasil. Winata kalah dan dijadikan budak oleh Kadru.

Garuda berusaha membebaskan ibunya dengan melawan para naga yang licik. Terjadilah perang. Para ular naga kemudian meminta syarat kepada Garuda bahwa ia dapat membebaskan ibunya dengan syarat Garuda harus mendapatkan air amrtha yang dimiliki para dewa. Sewaktu Garuda mencari amrtha, bertemulah ia dengan Batara Wisnu. Batara Wisnu bersedia membatu Garuda sementara itu Batara wisnu meminta agar Garuda bersedia menjadi kendaraan Batara Wisnu. Setelah Garuda mendapatkan amrtha, ia membawanya ke tempat para naga. Amrtha tersebut berada dalam Kamandalu yang diberi tali rumput ilalang. Garuda berpesan kepada para naga sebelum minum amrtha, para naga harus bersuci/mandi terlebih dahulu. Sejak saat itu Garuda dan ibunya terbebas dari budak sang Kadru. Ketika para naga sedang mandi, amrtha diambil oleh Sang Hyang Indra. Para naga sedih tidak tau harus berbuat apa lagi. Ada bekas titik amrtha yang tertinggal pada rumput ilalang lalu dijilati oleh para naga. Karena ilalang sangat tajam, sehingga lidah para naga terbelah menjadi dua. Sementara itu rumput ilalang telah suci karena tersentuh oleh amrtha.

Kisah perjuangan Sang Garuda dalam membebaskan ibunda yang dicintainya ini yang mengilhami Bapak Soekarno untuk menjadikannya sebagai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selama mencipta konsep ini mungkin Bapak Soekarno melihat keberadaan kisah Garudeya sebagai lambang yang tepat untuk wahana pembebasan Ibu Pertiwi tercinta dari perbudakan para ular yang licik.

0 komentar: