Rabu, 25 April 2012

bantengan sebagai ikon kota mojokerto


seni bantengan mirip dengan kesenian kuda lumping cuma yang digunakan bukan kuda dari sesek {anyaman bambu}tapi dari imitasi kepala banteng dan dimainkan dua orang sekaligus untuk satu bantengsatu orang di depan memegang kepala banteng yang satu orang lagi memegang ekor banteng {untuk mengimbangi pergerakan banteng} tersebut yang dalam keadaan kesurupan



Kesenian rakyat bantengan berasal dari Kecamatan Pacet tepatnya di desa Made yang dahulunya merupakan desa yang berdekatan dengan lereng Gunung Welirang. Konon kawasan hutan tersebut banyak hidup bermacam-macam hewan liar termasuk diantaranya Banteng yang saat ini sudah punah. Pada saat itu, seorang penduduk desa Made yang bernama Paimin tengah memasuki hutan dan mendapatkan seonggok kerangka Banteng yang masih lengkap. Kerangka Banteng itu dengan susah payah dibawah pulang dan dibersihkan kemudian ditempatkan di salah satu tempat rumahnya.

Dari kejadian itu Paimin mendapat inspirasi untuk mengenang satwa Banteng dengan sebuah atraksi Atraksi itu dimainkan dua orang, 1 orang didepan memainkan kepala dan sekaligus sebagai kaki depan dan 1orang dibelakang sebagai pinggul sekaligus sebagai kaki belakang. Antraksi gerakannya menggambarkan, gerakan - gerakan dan sikap banteng sewaktu sedang berkelahi. Untuk menyemarakkan atraksi itu dilengkapi dengan musik terbang dan jidor. Dalam atraksi ditampilkan banteng sedang berlaga dengan satwa lain seperti harimau, kera dab burung bahkan mulai dikembangkan dengan kesenian pencak silat
Ketua Umum Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto Edy Karya Susanto secara terpisah mengatakan, sekarang ini ada lebih kurang 50 kelompok kesenian tradisional Bantengan di Mojokerto
dan itu pun menyebar meliputi Pacet, Trawas, Gondang, dan Jatirejo, kini berkembang di hampir 18 kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

0 komentar: